LAPORAN PRAKTEK KERJA
USULAN PERBAIKAN
KUALITAS MATERIAL AKSESORIS SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE KAIZEN DAN SIKLUS
PDCA DI PT. CHING LUH INDONESIA
Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyusun Skripsi
Pada Program Studi
Strata 1 Teknik Industri
Oleh :
Hendra
Setyo Haryadi
NIM : 13.262.010.24

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2016
Sebagian besar
masyarakat modern baik di Indonesia maupun diseluruh penjuru dunia belahan bumi
saat ini membutuhkan alas kaki sebagai kebutuhan primer atau pun sekunder dalam kehidupan
sehari-hari. Kesesuaian desain, motif
dan bentuk sepatu dapat memperlihatkan citra tersendiri bagi penggunanya. Maka
kesesuaian dan kualitas sepatu sangat berpengaruh untuk konsumen dalam memilih
suatu produk dengan pertimbangan harga yang diberikan.
PT. Ching Luh
Indonesia adalah sebuah perusahaan sepatu olahraga yang selalu melakukan
perbaikan secara terus menerus untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Untuk
mendapatkan hasil produksi yang memenuhi standar kualitas maka harus
menggunakan bahan baku yang sesuai standar kualitas yang telah ada. Namun dalam
faktanya dilapangan bahan baku yang datang sering mengalami cacat. Dalam hal
ini upaya yang dilakukan perusahaan dengan cara menanggulangi permasalahan
proses pengecekan pada penerimaan dan sebelum penggunaan material bahan baku. Penelitian
dilakukan untuk mencari tahu permasalahan yang sering terjadi dan mencari solusi
berupa tindakan-tindakan yang dapat diusulkan untuk memperbaiki kualitas dalam
proses pengecekan serta penerimaan material. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode kaizen dan menggunakan pendekatan dengan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action) dan menggunakan
alat seventools (histogram diagram, pareto diagram, cause and effect diagram) dan
metode analisa 5W1H.
Dari hasil
penelitian yang didapat bahwa material mengalami tingkat persentase cacat
tertinggi adalah salah warna, kemudian diikuti dengan tingkat cacat salah serat
benang, salah packing dan tingkat
persentase cacat terendah adalah cacat material tidak pasangan.
Kata
kunci : kualitas,
kaizen, PDCA, seventools, 5W1H.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sebagian besar
masyarakat modern baik di Indonesia maupun diseluruh penjuru dunia belahan bumi
saat ini membutuhkan alas kaki sebagai kebutuhan primer atau pun sekunder dalam kehidupan
sehari-hari. Masyarakat membutuhkan alas kaki, khususnya sepatu untuk berbagai
kepentingan, diantaranya : untuk
melindungi kesehatan kaki, sebagai perlengkapan fashion dan untuk melakukan
pekerjaan atau aktifitas dalam kegiatan sehari-hari.
Kesesuaian
desain, motif dan bentuk sepatu dapat
memperlihatkan citra tersendiri bagi penggunanya. Maka kesesuaian dan kualitas
sepatu sangat berpengaruh untuk konsumen dalam memilih suatu produk dengan
pertimbangan harga yang diberikan. Terutama bagi konsumen yang membutuhkan
sepatu untuk keperluan fashion, karena
motif yang terdapat pada aksesoris dan kualitas sepatu sangatlah penting
sehingga harus benar-benar dipastikan bahwa tidak terdapat material yang reject atau defact pada sepatu.
PT. Ching Luh
Indonesia merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang memproduksi atau
menghasilkan produk dengan brandmark
ternama didunia. Beberapa jenis sepatu
yang dihasilkan, diantaranya : sepatu running
yang biasa digunakan untuk berlari, sepatu
basket, sepatu futsal, sepatu sepak bola, dan lain-lain. Namun perusahaan ini
sering mengalami kendala dalam kualitas produk dan sering mengalami penurunan
dalam kualitasnya sehingga produk yang dihasilkan cacat, dalam hal ini
disebabkan oleh material yang digunakan sering mengalami reject. Dampak dari penurunan kualitas ini menyebabkan menurunnya permintaan
order dari konsumen dikarenakan pengerjaan dan pengiriman yang sering mengalami
keterlambatan.
Untuk itu perusahaan
membutuhkan perbaikan kualitas material aksesoris sepatu. Perbaikan dapat
dilakukan dengan menganalisa masalah yang terjadi. Metode KAIZEN dapat
digunakan untuk penelitian ini. Untuk itu penulis mengadakan penelitian usulan perbaikan
kualitas material aksesoris sepatu dengan menggunakan metode KAIZEN dan siklus
PDCA di PT.Ching Luh Indonesia.
1.2
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka masalah yang dapat
di identifikasi dalam penelitian ini adalah :
1.
Perusahaan mengalami
penurunan dalam kualitas produk yang dihasilkan dari proses produksi, hal ini
terbukti dari :
a. Banyaknya
produk cacat yang didapat dari hasil akhir produksi disetiap batch.
b. Perusahaan
sering mendapat komplain dari pihak konsumen.
2.
Material yang digunakan
masih banyak mengalami reject.
1.3
Rumusan
Masalah
Adapun beberapa
masalah yang terdapat dalam perusahaan tersebut yang dapat dijadikan sebagai
acuan penelitian ini :
1. Reject
jenis apa yang sering terdapat dalam material aksesories sepatu?
2. Berapa
jumlah persentase material yang reject
pada kedatangan?
3. Bagaimana
tindakan atau langkah-langkah yang dapat diambil kedepannya untuk mengatasi
masalah tersebut?
1.4
Batasan
Masalah
Penelitian ini
hanya mencakup beberapa masalah atau aspek tertentu serta hanya melibatkan
beberapa subtansi atau pihak-pihak terkait. Maka untuk membatasi agar
penelitian tidak meluas hingga subtansi atau bagian-bagian lain, perlu
dibuatkannya batasan masalah, yaitu :
1. Penelitian
hanya dilakukan pada material aksesoris yang mengalami reject.
2. Penelitian
hanya dilakukan pada ruang lingkup Gudang Material Aksesoris, Quality Inspection Plan (QIP) dan Laboratory Departement.
3. Pengambilan
data penelitian dilakukan terhadap data bulan april hingga mei tahun 2016.
1.5
Tujuan
Dan Manfaat Penelitian
1.5.1. Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan
dan manfaat yang ingin dicapai dari proses penelitian dan penulisan laporan
ini, diantaranya :
1. Untuk
mengetahui apa saja jenis reject yang
terdapat di material aksesories sepatu di PT. Ching Luh Indonesia.
2. Untuk
mengetahui seberapa besar jumlah material yang reject setiap kali kedatangan.
3. Untuk
mengetahui langkah atau tindakan apa yang harus diambil untuk mengatasi masalah
ini kepada PT. Ching Luh Indonesia.
1.5.2. Manfaat
Penelitian
1. Untuk
mendapatkan solusi yang dapat diberikan kepada perusahaan dalam upaya perbaikan
kualitas penerimaan bahan baku atau material produk.
2. Untuk
proses pengaplikasian dan pembelajaran secara nyata ilmu yang telah didapat selama
menempuh pendidikan.
3. Untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan tentang teknologi dan dunia industri.
4. Untuk
dijadikan pedoman atau acuan yang dapat digunakan bagi peneliti-peneliti
berikutnya yang ingin mengembangkan dan menyempurnakan penelitian serupa.
1.6
Metode
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di PT. Ching Luh Indonesia. Data yang diambil pada penelitian ini
adalah jumlah kedatangan material, jumlah material released dan jumlah reject
material. Subjek penelitian ini adalah
material aksesoris sepatu. Penelitian menggunakan metode kaizen. Kaizen
merupakan konsep Jepang yang memiliki arti perbaikan proses secara terus
menerus untuk selalu meningkat mutu dan produktivitas output.
1.6.1.
Metode Pengumpulan Data
Adapun proses
pengambilan data yang digunakan dalam proses
penelitian ini adalah :
1. Data
Primer
Data
primer adalah informasi atau data asli yang dikumpulkan dan berhubungan
dengan objek yang akan diteliti. Data
dikumpulkan dengan cara observasi lapangan, yaitu meninjau secara langsung ke
lapangan pada saat kedatangan material dan proses pengecekan dan melakukan
wawancara kepada pihak-pihak yang terkait.
2. Data
Sekunder
Data
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang biasanya
berbentuk dokumen, file, arsip atau catatan-catatan perusahaan. Data
dikumpulkan dengan melakukan studi literatur.
1.6.2.
Metode Pengolahan Data
Metode
pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Gambar
1.1 Flowchart Metode Penelitan
1.7
Sistematika
Penulisan
Pada metode penulisan
penelitian ini penulis menyusun keseluruhan uraian secara terperinci dalam
beberapa bab, dan setiap bab terdiri dari beberapa paragraf, dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I :
PENDAHULUAN
Dalam
bab ini dijelaskan secara ringkas mengenai latar belakang, identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan
dan rencana kegiatan.
BAB II :
LANDASAN TEORI
Dalam hal ini berisi penjelasan tentang beberapa hal-hal
atau landasan yang mendasari mengapa perlunya diadakan penelitian ini dan
seberapapentingnya, dan metode-metode yang digunakan dalam melakukan
penelitian.
BAB III :
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam
bab ini dijelaskan secara ringkas mengenai sejarah perusahaan, visi dan misi
perusahaan, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, dan bidang kerja.
BAB IV :
ANALISA PEMBAHASAN
Dalam
bab ini dijelaskan mengenai penmbahasan proses-proses kegiatan selama
penelitian, proses-proses pengambilan data yang dilakukan selama penelitian
berlangsung dan pembahasan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
BAB V :
PENUTUP
Dalam
bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran yang ingin
disampaikan penulis kepada perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1.8
Rencana
Kegiatan
Tabel
1.1 Rencana Kegiatan
NO
|
KEGIATAN
|
APRIL
|
MEI
|
JUNI
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Pengumpulan Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pengolahan Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Penulisan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Asistensi Bab I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Asistensi Bab II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Asistensi Bab III
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Asistensi Bab IV
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Asistensi Bab V
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Analisis Kebutuhan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
Revisi Naskah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11
|
Penulisan Akhir Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
12
|
Sidang
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber
: Jadwal Perlaksanaan Kerja Praktek
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Teori
KAIZEN
2.1.1.
Sejarah
Kaizen
Fenomena
pertumbuhan ekonomi jepang paska Perang Dunia II memberikan motivasi
pembangunan kembali dari puing peperangan dan diutuslah seorang ahli survei
Amerika Serikat yang bernama Dr. W. Edward Deming yang mencoba membantu Jepang
untuk pebangunan kembali ekonomi Jepang sehingga konsep Deming mulai tahun
1970-an telah diterapkan oleh perusahaan Jepang yang terkenal dengan “14 kunci
Dr. Deming” dan anehnya setelah sukses penerapan konsep Deming d industri
Jepang, pemerintah Amerika Serikat baru tertarik pada konsep tersebut.
Namun konsep
Deming yang kemudian lebih dikenal dengan konsep KAIZEN secara luas baru
diperkenalkan oleh Masaaki Imai dalam bukunya “Kaizen : the key to Japan’s
competitive success” (1986). Coba kesimpulan Europe Japan Center tentang Kaizen Jepang yang mengungkapkan bahwa
:
“Kaizen
mengatakan kepada kita bahwa hanya dengan secara terus menerus tetap sadar dan
membuat beratus-ratus ribu peningkatan kecil, maka dimungkinkan untuk
menghasilkan barang dan jasa yang mutunya otentik sehingga memuaskan pelanggan.
Cara paling mudah mencapainya adalah dengan keikutsertaan, memotivasi dan
peningkatan terus menerus dari masing-masing dan semua karyawan dalam
organisasi. Keikutsertaan staff tergantung pada komitmen manajemen senior,
strategi yang jelas dan ketabahan – karena Kaizen bukan jalan pintas melainkan
proses yang berjalan secara terus menerus untuk menciptakan hasil yang
diinginkan”. (Cane, 1998).
Kunci keunggulan
perusahaan Jepang adalah menghilangkan pemborosan dan menghindari berbagai
kesulitan, sedangkan Amerika Serikat sebaliknya mengalami kesulitan dalam
menghemat Sumber Daya Alam yang memang sangat melimpah bila dibandingkan Jepang
sehingga istilah perbaikan mutu secara terus menerus (Just In Time) tidak berlaku bagi manajemen Amerika tapi lebih
cenderung Just In Case.
2.1.2.
Definisi
KAIZEN
KAIZEN atau yang
ditulis dengan huruf kanji Jepang sebagai 改善 merupakan
sebuah istilah dalam bahasa Jepang yang dapat diartikan “Perbaikan
yang berkesinambungan ataupun perubahan kepada arah yang lebih baik”dan
bermakna sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus uuntuk
mendapatkan perbaikan atau penyempurnaan dalam sebuah proses kegiatan kerja.
KAIZEN merupakan
sebuah manajemen kegiatan sehari-hari yang sederhana bertujuan untuk melampaui
peningkatan produktifitas, juga merupakan sebuah proses apabila dilakukan
dengan benar akan “memanusiawikan” tempat kerja, mengurangi beban kerja yang
berlebihan, dan mengajarkan orang untuk melakukan percobaan dalam pekerjaannya
dengan menggunakan metode-metode ilmiah dan bagaimana belajar mengenali serta
mengurangi pemborosan dalam proses kerjanya.
KAIZEN memiliki
dasar pandanggan bahwa hidup kita
hendaknya fokus pada upaya perbaikan secara terus menerus sehingga mendapatkan sebuah
hasil yang terbaik. Pada penerapannya dalam perusahaan, kaizen mencakup
pengertian perbaikan berkesinambungan yag melibatkan seluruh pekerjanya, dari
manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah.
2.1.3.
Fungsi
KAIZEN
Dalam
manajemennya KAIZEN memiliki 2 buah fugsi utama, yaitu :
1. Pemeliharaan
Dalam
fungsi ini manajemen KAIZEN memiliki fungsi kegiatan pemeliharaan teknologi,
sistem manajemen dan standart operasional yang ada serta menjaga standar
tersebut melalui pelatihan dan disiplin dengan tujuan agar semua karyawan dapat
mematuhi prosedur pengoperasian sesuai SOP (Standart
Operating Procedure) yang telah ditetapkan.
2. Perbaikan
Fungsi
ini menuju kepada kegiatan yang mengarah ke peningkatan standar yang sudah ada.
Perbaikan ini
sendiri dapat terbagi menjadi kaizen dan inovasi. Kaizen bersifat perbaikan
kecil yang berlangsung oleh upaya berkesinambungan, sedangkan inovasi merupakan
perbaikan drastis sebagai hasil dari investasi sumber daya berjumlah besar
dalam teknologi atau peralatan. Kaizen menekankan pada upaya manusia, moral,
komunikasi, pelatihan, kerja sama, pemberdayaan dan disiplin diri yang
merupakan pendekatan peningkatan berdasarkan akal sehat dan berbiaya terendah.
2.1.4.
Sasaran
KAIZEN
Tujuan atau
sasaran akhir dari sistem KAIZEN ini adalah tercapainya Kualitas, Biaya,
Distribusi (Quality, Cost, Delivery)
yang efesiensi dan efektif, sehingga pada praktiknya kaizen meningkatkan
kualitas pada prioritas tertinggi.
Kaizen
mengajarkan bahwa perusahaan tidak akan mampu bersaing jika kualitas produk dan
pelayanannya tidak memadai, sehingga komitmen manajemen terhadap kualitas
sangat dijunjung tinggi. Kualitas yang dimaksud dalam QCD bukan sekedar
kualitas produk melainkan termmasuk kualitas proses yang ditempuh dalam
menghasilkan produknya.
2.1.5.
Dasar
KAIZEN
Kaizen merupakan
aktifitas harian yang pada prinsipnya memiliki dasar sebagai berikut :
1. Berorientasi
pada proses dan hasil.
2. Berpikir
secara sistematis pada seluruh proses.
3. Tidak
menyalahkan, tetapi harus belajar dari kesalahan yang terjadi dilapangan.
2.1.6.
Keuntungan
KAIZEN
Ada beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan sistem aktifitas KAIZEN yang
dilakukan diperusahaan, diantaranya adalah :
1. Menghindari
biaya yang tersembunyi yang berasal dari 7 pemborosan (seven waste) dalam proses produksi.
2. Memberikan
nilai tambah pada operasional produksi sehingga dapat meningkatkan kualitas
produk dengan biaya terendah dan memperpendek waktu pengiriman kepada pelanggan
3. Dapat
melakukan perubahan dalam waktu yang relatif singkat dan biaya yang rendah.
4. Membiasakan
diri karyawan agar dapat dengan cepat menangani masalah yang terjadi.
5. Peningkatan
proses.
6. Penggunaan
paradigma baru.
7. Mempercepat
waktu proses.
8. Zero Investment.
9. Human Deveplopment.
10. Keamanan
dan keselamatan kerja.
Keuntungan
lain dari kaizen adalah :
1. Dalam
penggunaan sistem Plan-Do-Check-Action (PDCA)
mengakibatkan cepat dalam meningkatkan proses dan menghilangkan masalah.
2. Dengan
mengidentifikasi, mengimplementasi, memonitor dan mengatur perubahan
menyebabkan dapat mencegah terjadinya masalah baru.
3. Memfokuskan
organisasi kepada kepuasan konsumen dan berdasarkan fakta dan mengambil
keputusan.
4. Membantu
organisasi untuk menjadi lebih efisien pada proses peningkatan dan pemecahan
masalah dilakukan pada tingkat optimal da biaya yang rendah.
Selain itu
penerapan KAIZEN diperusahaan tidak hanya untuk mengidentifikasikan
proses-proses yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan, tetapi juga dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap prosedur dan standarisasi pekerjaan
yang telah ada ataupun menetapkan standar baru dalam pekerjaan.
2.1.7.
Kunci
Pelaksanaan Kaizen
Secara garis
besar ada 8 kunci utama pelaksaan just in
time atau kaizen dalam kegiatan industri yaitu :
1. Menghasilkan
produk sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan pelanggan.
Sistem kaizen
biasanya menghasilkan produksi sesuai dengan pesanan pelanggan dengan sistem
produksi tarik (pull system) yang
dibantu dengan menggunakan kartu kanban.
2. Memproduksi
dalam jumlah kecil (small lot size)
Ciri khas lain
adalah memproduksi dalam jumlah kecil sesuai dengan permintaan pelanggan akan
menghemat biaya dan sumber daya selain
menghilangkan persediaan barang dalam proses yang merupakan sejenis pemborosan
yang dapat dihindari dengan menggunakan penjadwalan proses produksi, selain itu
juga mengunakan pola produksi campur merata (Heinjuka)
sebagaimana yang dimaksud adalah memproduksi bermacan-macam dalam satu lini
atau lean produksi.
3. Menghilangkan
pemborosan
Untuk menghilangkan
pemborosan pada persediaan, pembelian dan penjadwalan dengan menggunakan sistem
kartu kanban yang mendukung sistem produksi tarik, selain menghasilkan produksi
dengan baik sejak awal yaitu pantang menerima, pantang memproses dan pantang
menyerahkan produk cacat dengan bekerjasama dengan pemasok dengan persediaan
yaitu mengurangi jumlah barang yang datang, menghilangkan persediaan penyangga,
mengurangi biaya pembelian, memperbaiki penanganan bahan baku, tercapainya
persediaan dalam jumlah kecil dan mendapatkan pemasok yang dapat dipercaya.
4. Memperbaiki
aliran produksi
Penataan
produksi dilakukan dengan cara berpedoman pada 5 disiplin ditempat kerja yaitu
5-S.
5. Menyempurnakan
kualitas produksi
Salah satunya
untuk menyempurnakan kualitas produk dengan melihat prinsip manajemen yaitu
memelihara pengendalian proses dan membuat semua orang bertanggungjawab
terhadap tercapainya mutu, meningkatkan pandangan manajemen terhadap mutu,
terpenuhinya pengendalian mutu produk dengan tegas, memberikan wewenang kepada
karyawan untuk mengadakan pengendalian mutu produk, menghendaki koreksi
terhadap cacat produk oleh karyawan, tercapainya inspeksi 100% terhadap mutu
produk dan tercapai komitmen terhadap pengendalian mutu jangka panjang.
6. Orang-orang
yang tanggap
Penerapan sistem
kaizen ini tidak lagi menggunakan pilar keuangan, pemasaran, SDM, tapi
menggunakan lintas fungsi atau lintas disiplin sehingga seluruh karyawan harus menguasai seluruh bidang dalam
perusahaan sesuai dengan jenjang dan kedudukannya dan kesalahan dalam proses
selalu ditandai dengan menyalanya lampu andon dan proses dihentikan dan seluruh
karyawan terfokus pada perbaikan yang terkenal dengan istilah jidoka yaitu, semua karyawan
bertanggungjawab terhadap tercapainya produk
yang baik dan mencegah terjadinya kesalahan.
7. Menghilangkan
ketidakpastian
Untuk
menghilangkan ketidakpastian dengan pemasok dapat dengan cara menjalin hubungan
abadi dan memiliki satu pemasok yang lokasinya berdekatan dengan perusahaan
yang masih kerabat dengan pemilik perusahaan, sedangkan dalam proses produksi
dengan cara menerapkan sistem produksi tarik dengan bantuan kartu kanban dan
produksi campur merata (Heijunka).
8. Penekanan
pada pemeliharaan jangka panjang
Karakteristik
pemeliharaan dengan berpegangan pada kontrak jangka panjang, memperbaiki mutu,
fleksibilitas dalam pengadaan pesanan barang, pemesanan dalam jumlah kecil yang
dilakukan berkali-kali, mengadakan perbaikan secara terus menerus dan
berkesinambungan.
Istilah lain
yang bertujuan mengimbangi sistem kaizen ini adalah reengineering yaitu
mengadakan perombakan proses bisnis
secara total sampai keakar-akarnya dan sistem ini diciptakan Amerika
untuk mengejar ketinggalannya dari Jepang yang pernah dibantu ekonominya, baru
kalau perombakan ini telah dilakukan maka pemeliharaan dan peningkatan secara
terus menerus dan berkesinambungan dapat dilaksanakan. Bisa juga menerapkan
konsep benchmarking yaitu cara untuk
mengadakan perbaikan dengan meniru praktek bisnis yang terbaik dikelasnya, baik
untuk produksi, jasa maupun proses dan sistemnya.
2.1.8.
Strategi
Kaizen
Strategi kaizen
adalah konsep tunggal dalam manajemen Jepang yang paling penting, sebagai kunci
sukses Jepang dalam persaingan.
2.1.9.
Segmentasi
Kaizen
KAIZEN dibagi
menjadi 3 segmen, tergantung kebutuhan masing-masing perusahaan, yaitu :
2.1.9.1.
KAIZEN Yang
Berorientasi Pada Manajemen
KAIZEN yang berorientasi pada
manajemen memusatkan perhatiannya pada masalah logistik dan strategis yang
terpenting dan memberikan momentum untuk mengejar kemajuan moral.
2.1.9.2.
KAIZEN Yang
Berorientasi Pada Kelompok
KAIZEN yang berorientasi pada
kelompok dilaksanakan oleh gugus kendali mutu, kelompok Jinshu kansi / manajemen
sukarela menggunakan alat statistik untuk memecahkan masalah, menganalisa,
melaksanakan dan menetapkan standar / prosedur
baru.
2.1.9.3.
KAIZEN Yang
Berorientasi Pada Individu
KAIZEN yang berorientasi pada
individu dimanifestasikan dalam bentuk saran, dimana seseorang harus bekerja
lebih pintar bila tidak mau bekerja
keras.
2.1.10.
Prinsip
Kaizen
Kaizen
mengandung 10 prinsip, yaitu :
1. Berfokus
kepada pelanggan, fokus utama kaizen adalah kualitas produk, tetapi tujuan
terpenting kaizen adalah kepuasan pelanggan. Segala sesuatu/aktifitas yang
tidak menambah nilai produk atau meningkatkan kepuasan pelanggan merupakan
pengeluaran biaya yang tidak perlu.
2. Mengadakan
peningkatan terus menerus dalam kaizen, suatu keberhasilan bukanlah hasil akhir
tapi merupakan awal untuk melangkah ke tahap berikutnya karena suatu
keberhasilan merupakan faktor dalam meningkatkan semangat untuk mencapai
keberhasilan yang lain.
3. Mengakui
masalah secara terbuka membangun budaya yang tidak saling menyalahkan, sehingga
para karyawan dalam perusahaan kaizen dapat mengakui kesalahan secara terbuka,
dengan sadar menunjukan kelemahan dari prosesnya dan meminta bantuan jika tidak
mampu mengatasinya. Keterbukaan tersebut merupakan suatu kekuatan yang bisa
mengendalikan dan mengatasi berbagai masalah dengan cepat serta meningkatkan
kesempatan-kesempatan perbaikan.
4. Mempromosikan
keterbukaan ilmu pengetahuan bagi kaizen adalah untuk saling dibagikan dan
hubungan-hubungan komunikasi yang mendukungnya merupakan sumber efisiensi.
5. Menciptakan
tim kerja dalam kaizen, tim adalah fondasi yang membentuk struktur organisasi.
Melalui keikutsertaan para karyawan dalam tim, perusahaan mendapatkan
keuntungan dari karyawannya. Kerja sama tim ini dapat menanamkan rasa saling
memiliki, tanggungjawab kolektif, dan berorientasi pada perusahaan serta dapat
memperkuat keterbukaan, saling berbagi dan komuikasi.
6. Memanajemen
proyek melalui tim fungsional-silang. Proyek perusahaan kaizen direncanakan dan
dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya antar departemen atau
fungsional-silang serta sumber daya yang berasal dari luar perusahaan. Hal itu
dilakukan untuk mengurangi biaya, mengontrol pemborosan sampai tingkat tertentu
serta memuaskan pelanggan.
7. Memelihara
proses hubungan yang benar, perusahaan Jepang melakukan segala sesuatu yang
mampu mereka lakukan supaya terpelihara keharmonisan dalam hubungan
antar-manusia terutama para staff, manajer dan para pemimpin tim. Hubungan
tersebut dapat menumbuhkan loyalitas dan komitmen dari karyawan.
8. Mengembangkan
disiplin pribadi, disiplin pribadi ditempat kerja merupakan sifat alamiah orang
Jepang.
9. Memberikan
informasi kepada semua karyawan, berbagi
informasi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan yang meneraapkan kaizen.
Dengan memberikan informasi yang penting pada setiap orang maka tantangan
perusahaan berubah menjadi tantangan pribadi. Informsi ini juga merupakan
langkah penting untuk menciptakan budaya berdasarkan pengetahuan.
10. Memberikan
wewenang kepada setiap karyawan dalam melaksanakan kaizen, setiap karyawan
diberi wewenang untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, dengan kata
lain melibatkan peranan karyawan dalam
melakukan peningkatan.
2.1.11.
Langkah-langkah
Pemecahan Metode Kaizen
Langkah-langkah
pemecahan masalah adalah sebagai berikut :
1. Membentuk
sebuah team. Terdiri dari ketua, sekertaris, anggota, fasilitator sebaiknya
membentuk nama team.
2. Membangkitkan
masalah dan berkonsentrasi pada masalah yang dipilih. Menggunakan prinsip go look, go see atau lebih dikenal dengan nama Genchi Genbutsu. Prinsipnya adalah langsung melihat kejadian
dilapangan tempat proses berlangsung.
3. Mengumpulkan
dan meneliti. Meneliti semua proses yang ada lalu mencari 7 muda yang terdiri
dari proses, menunggu, inventory, transportasi, pergerakan, produksi yang
berlebih dan proses ulang.
4. Membuat
peringkat sistem yang terdiri dari nama, peringkat dan nilai.
5. Memilih
objek penelitian
6. Membuat
jadwal penelitian.
7. Menganalisa
kondisi sekarang, menggunakan brainstroming dengan tujuan untuk
mendapatkan ide sebanyak mungkin yang relatif singkat.
8. Membuat
fishbone diagram. Menganalisa segala kemungkinan yang penting melalui 4MIE
yaitu, man, machine, methode, material
dan environment.
9. Mengumpulkan
data. Terdiri dari menentukan parameter penelitian, menentukan waktu
pengumpulan, mendesain form-form yang dipakai, mengumpulkan data dengan jujur.
Dapat pula membuat flowchart atau merekamnya dalam bentuk video.
10. Membentuk
target yang spesifik, dapat diukur, tidak rancu, masuk akal dan dapat
ditelusuri bila tidak tercapai.
11. Analisa
penyebab. Pencarian penyebab permasalahan secara sistematik dengan
membandingkan antara teori dengan kenyataan menggunakan 5W analisis.
12. Merencanakan
cara-cara pengukuran yang sesuai dengan target. Mendesain cara praktis dan
murah untuk mencari penyebab permasalahan, merencanakan paling tidak satu
rencana untuk setiap akar perrmasalahan.
13. Melakukan
pengukuran, mengumpulkan data dan memonitoring proses serta memberikan
penilaian.
14. Mengecek
hasil, membandingkan pengukuran dengan target yang telah dibuat.
15. Menindak
lanjuti dari hasil pengecekan.
16. Membuat
standarisasi proses dan melakukan pelatihan dengan standar baru.
2.1.12.
Konsep
Penting Kaizen
Beberapa point penting
dalam proses penerapan KAIZEN yaitu :
2.1.12.1. Konsep 3M (Muda, Mura
dan Muri)
Dalam istilah
jepang, konsep ini dibentuk untuk mengurangi kelelahan, meningkatkan mutu,
mempersingkat waktu dan mengurangi atau
meningkatkan efesiensi biaya.
a. Muda
diartikan sebagai mengurangi pemborosan.
b. Mura
diartikan sebagai mengurangi perbedaan.
c. Muri
diartikan sebagai mengurangi ketegangan.
2.1.12.2. Gerakan 5S (Seiri, Seiton, Seiho, Seiketsu dan Shitsuke)
a. Seiri
memiliki pengertian membereskan tempat kerja.
b. Seiton
memiliki pengertian menyimpan dengan teratur.
c. Seiso
memiliki pengertian memelihara tempat kerja supaya tetap bersih.
d. Seiketsu
memiliki pemahaman sebagai kebersihan pribadi.
e. Shitsuke
memiliki pengertian disiplin, dengan selalu mentaati prosedur ditempat kerja.
Di Indonesia 5S diterjemahkan menjadi 5R yaitu, Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan
Rajin.
2.1.12.3. Konsep PDCA
Dalam KAIZEN,
setiap aktifitas usaha yang kita lakukan perlu dilakukan dengan prosedur yang
benar guna mencapai tujuan yang kita harapkan. Maka PDCA (Plan, Do, Check dan Action) harus dilakukan terus menerus.
Kaizen
identik dengan siklus :
a.
Planning
b.
Doing
c.
Checking
d.
Acting
2.1.12.4. Konsep 5W + 1H
Salah satu alat pola pikir untuk
menjalankan roda PDCA dalam kegiatan KAIZEN adalah dengan teknik bertanya
dengan pertanyaan dasar 5W + 1H (What,
Who, Why,Where, When dan How).
2.2
Teori
PDCA
Kaizen identik
dengan siklus : rencana-kerjakan-periksa-tindakan (Plan, Do, Check dan Action atau PDCA). PDCA adalah
prinsip dasar untuk perbaikan secara terus menerus. Penjabaran dari PDCA adalah sebagai berikut :
a. Planning
Memahami apa
yang ingin dicapai, memahami bagaimana melakukan pekerjaan, berfokus pada masalah, menemukan akar
permasalahan,menciptakan solusi kreatif serta merencanakan implementasi yang
terstruktur.
b. Doing
Tahap yang
berisi proses pelatihan dan manajemen aktifitas biasanya masalah besar dan
mudah sering berubah pada saat-saat terakhir, bila terjadi kondisi seperti ini
maka tidak dapat dilanjutkan lagi tetapi harus mulai dari awal kembali.
c. Checking
Proses pengecekan
terhadap hasil dan membandingkan sesuai dengan yang diinginkan. Bila segala
sesuatu menjadi buruk dan hasil baik tidak ditemukan pada bagian ini, maka
keberanian, kejujuran dan kecerdasan sangatlah dibutuhkan untuk mengendalikan
proses. Kata kunci ketika hasil memburuk adalah “kenapa”. Dengan dokumentasi
proses yang baik maka kita dapat kembali pada titik yang mana keputusan salah
dibuat.
d. Acting
Menindak lanjuti
apa yang didapatkan selama tahap pengecekan. Arti lainnya adalah mencapai
tujuan dan menstandarisasikan proses atau belajar dari pengalaman untuk memulai
lagi pada kondisi yang tepat.
2.3
Siklus
PDCA
Dalam penerapan
sistem KAIZEN dalam perusahaan diperlukan beberapa metode pendukung. Salah satu
langkah awal dalam penerapan sistem KAIZEN dapat dengan cara menjalankan siklus
PDCA (Plan-Do-Check-Action) untuk
menjamin terlaksananya kesinambungan yang baik dalam setiap prosesnya.
Siklus PDCA
tersebut terdiri dari :
2.3.1.
Planning
(Rencana)
Penetapan
target untuk perbaikan dan perumusan rencana tindakan atau kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan guna mencapai target tersebut.
2.3.2.
Do
(Lakukan)
Pelaksanaan
kegiatan-kegiatan dari rencana yang telah dilakukan untuk mencapai target
tersebut.
2.3.3.
Check
(Periksa)
Kegiatan
pemeriksaan hasil dari segala prosedur yang telah dijalankan guna memastikan
agar tetap berjalan sesuai rencana sekaligus memantau kemajuan dari kegiatan
yang telah ditempuh.
2.3.4.
Action
(Tindakan)
Menindaklanjuti
ketiga langkah yang ditempuh sekaligus memutuskan prosedur baru guna
menghindari terjadinya kembali masalah yang sama atau menetapkan sasaran baru
bagi perbaikan berikutnya.
2.4
Standarisasi
KAIZEN
Untuk mendukung
proses penerapan strategi kaizen, diperlukan standarisasi dalam proses produksi
maupun prosedur kerja. Berikut ini adalah beberapa hal yang penting untuk
melakukan standarisasi :
2.4.1. Standarisasi
Teknik atau Metode Proses Pengerjaan (Standart
Work Technique)
Setelah
melakukan perbaikan terhadap suatu proses, maka diperlukan sebuah standarisasi
terhdap proses kegiatan pengerjaan maupun alat-alat yang digunakan serta metode
pengerjaan sehingga dapat dilakukan prediksi terhadap waktu pengerjaan dan
dapat diteruskan kepada pekerja lainnya dengan metode pengerjaan yang sama.
2.4.2. Standarisasi
Siklus Waktu Pengerjaan (Standart Cycle
Time)
Setelah
pelaksanaan proses PDCA dan KAIZEN pun perlu diadakan perhitungan terhadap
siklus waktu dalam mengerjakan suatu proses sehingga dapat diketahui proses mana yang perlu
dilakukan perbaikan.
Contoh dari pada
siklus waktu antara lain adalah waktu pemasangan pengetesan material, waktu
melakukan inspeksi barang, waktu pecarian dan bahkan waktu transportasi seperti
jalan menuju proses tertentu maupun
waktu pengumpulan material sesuai jenisnya. Siklus waktu kerja harus kurang dari atau sama dengan Talk Time suatu proses,.
Jika siklus
waktu lebih dari Talk Time yang
ditentukan, maka harus melakukan pendistribusian ulang beban kerja agar terjadi
keseimbanngan (Balance).
2.4.3. Standarisasi
Urutan Kerja (Standart Work Squence)
Untuk dapat
mempertahankan siklus waktu pengerjaan, diperlukan standarisasi urutan dan
meyode kerja sehingga semuaya mengerjakan hal yang sama meskipuun pekerja dan
mesinnya berbeda.
Perlu diingat
bahwa strategi kaizen adalah peningkatan yang dilakuukan secara terus menerus
sehingga standarisasi yang ditentukan tersebut akan dievaluasi lagi untuk
diperbaiki selanjutnya.
2.4.4. Standarisasi
Jumlah Produk Dalam Proses (Standart WIP)
Tidak menutup
kemungkinan suatu tahap proses produksi memerlukan jumlah minimum untuk melanjutkan ke proses berikutnya
seperti memerlukan waktu pendinginan ataupun pemanasan yang lama, sehingga
memerlukan penyimpanan sejumlah unit untuk melanjutkan proses berikutnya.
Oleh karena itu,
perlu ditentukan jumlah WIP yyang diharuskan saat menunggu proses berikutnya.
Jika terjadi kelebihan atau kekurangan WIP, maka hal ini menandakan adanya
permasalahan yang perlu diselidiki dalam siklus waktu atau pun metode kerja.
2.5
Penyebab
Kaizen Gagal
Ada beberapa
tindakan yang dapat menjadi faktor penyebab kegagalan sistem kaizen, diantaranya
:
1. Fokus
diarea tertentu bukan pada perubahan budaya
2. Tidak
melibatkan semua bagian
3. Ketakutan
gagal dan ragu pada hal baru
4. Ketidakmampuan
untuk melihat proses secara keseluruhan
5. Salah
prioritas utama (produksi, design,
bisnis)
6. Ketidakmampuan
membaca peluang kedepan
2.6
Penerapan
Kaizen di Industri
Berikut
ini merupakan langkah penerapan KAIZEN di industri :
1. Flexibility
dan response : penambahan produksi sekecil mungkin (tidak ada stock)
2. Fokus
pada pengurangan Non Value Added
karena handling proses
3. Pengurangan
abnormal proses untuk memaksimalkan aliran proses
4. Pull system
semaksimal mungkin
5. Ergonomic dan peletakan line tooling
6. Material
flow dan inventory system secara keseluruhan
2.7
Peranan
Pihak Internal Perusahaan dalam Penerapan Teori Kaizen
Dalam kaizen
setiap pihak memiliki peranan dan fungsinya masing-masing, peranan tersebut
sebagai berikut :
a. Manajemen
puncak memegang peranan dan tanggung jawab untuk melakukan beberapa hal berikut
:
1. Mengintroduksi
kaizen sebagai strategi perusahaan
2. Memberikan
dukungan dan pengarahan untuk kaizen dengan mengalokasikan sumber daya
3. Menetapkan
kebijakan kaizen dan sasaran fungsional silang
4. Merealisasikan
sasaran kaizen melalui penyebarluasan kebijakan dan audit
5. Membuat
sistem, prosedur dan struktur yang membantu kaizen
b. Peranan
manajemen madya dan staff adalah terlibat dan bertanggung jawab untuk :
1. Menyebarluaskan
dan mengimplementasikan sasaran kaizen sesuai pengarahan manajemen puncak
melalui penyebarluasan kebijakan dan manajemen fungsional silang
2. Mempergunakan
kaizen dalam kapabilitas fungsional
3. Menetapkan,
memelihara dan mmeningkatkan standar
4. Mengusahakan
agar karyawan sadar kaizen melalui program latihan intensif
5. Membantu
karyawan memperoleh keterampilan dan alat pemecah masalah
c. Penyedia
(supervisor) mempunyai peran bertanggungjawab dalam :
1. Mempergunakan
kaizen dalam peranan fungsional
2. Memformulasikan
rencana untuk kaizen dan memberikan bimbingan kepada karyawan
3. Menyempurnakan
komunikasi dengan karyawan dan mempertahankan moral tinggi
4. Mendukung
aktifitas kelompok kecil (seperti gugus mutu) dan sistem saran individual
5. Mengintroduksi
disiplin di tempat kerja
6. Memberikan
saran
d. Setiap
karyawan memiliki tanggung jawab untuk :
1. Melibatkan
diri dalam kaizen melalui sistem saran dan akitifitas kelompok kecil
2. Mempratikan
disiplin di tempat kerja
3. Melibatkan
diri dalam pengembangan diri yang terus menerus supaya menjadi pemecah masalah
yang lebih baik
4. Meningkatkan
keterampilan dan keahlian kinerja pekerjaan dengan pendidikan silang
BAB
III
GAMBARAN
UMUM PERUSAHAAN
3.1.
Sejarah Perusahaan

Gambar 3.1 PT. Ching Luh Indonesia
PT. Ching Luh Indonesia merupakan salah
satu dari cabang perusahaan Ching Luh Group yang bergerak dibidang industri
sepatu. Ching Luh Group memulai operasi bisnisnya pada tahun 1969 dengan
mendirikan Taiwan Ching Luh Shoes.co.Ltd
di Taiwan oleh pendirin san chairmannya adalah Mr.Su Chingluh.
Selama lebih dari 4 tahun Ching Luh
Group sudah membangun reputasi bisnisnya dan kemampuan teknisnya mulai dari
Taiwan dan kemudian mengembangkan bisnisnya denggan cakupan ruang lingkup
bisnis kelas dunia di beberapa negara di benua Asia, seperti : China, Vietnam
dan Indonesia.
Pada tahun 1986, chairman Mr. Su
Chingluh membuat bisnisnya menetapkan satu konsep manajemen dengan menekankan
kualitas, mencari peluang bisnis, menegmbangkan pegawai, menjaga kelestarian
lingkungan dan saling menguntungkan.
Sejak itu beliau membuat ringkasan
filosofi ke dalam 8 prinsip, sebagai berikut :
1.
Manajemen yang bijaksana
berdasarkan metode yang aktif.
2.
Kontrol yang ketat untuk memastikan
ketetapan.
3.
Pengembangan yang berkesinambungan
dengan menekankan ramah lingkungan.
4.
Memperhatikan masyarakat sekitar
untuk maju bersama-sama.
5.
Tempat kerja yang aman dengan
memperhatikan kepentingan karyawan.
6.
Pengembangan tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan pimpinan di masa depan.
7.
Pertanggung jawaban secara
pragmatis di dalam kewajiban sosial.
8.
Memaksimalkan nilai pemegang daham
dan membagi keuntungan.
Saat ini Ching Luh Group adalah salah
satu dari perusahaan terbesar yang memproduksi sepatu olahraga dengan pelayanan
yang utuh dan mensuplai merek-merek global ternama dengan pendapatan tahunan
lebih dari US $ 1 milyar dan memiliki lebih dari 80.000 tenaga kerja. PT. Ching
Luh Indonesia merupakan salah satu cabang dari Ching Luh Group yang bergerak
dibidang industri sepatu dengan brandmarch adidas, PT. Ching Luh Indonesia
berdiri sejak 27 November 2007 dan bertahan hingga saat ini.
PT. Ching Luh Indonesia berkembang
dengan sangat pesat karena di tahun
ke-3, PT. Ching Luh Indonesia yang berlokasi di
Jalan Raya Serang KM 16, Desa Telagasari, Cikupa,Tangerang sudah membuka
2 cabang perusahaan yang sama-sama berlokasi di Tangerang, yaitu : PT. Victory
Ching Luh Indonesia yang
berada di Jalan Otonom, Desa Sindang Jaya, Pasar Kemis dan
PT. Ching Luh Indonesia 2 di daerah Desa Sindang Sari, Pasar Kemis, Tangerang.
PT. Ching Luh Indonesia memproduksi
sepatu adidas untuk komoditas penjualan ekspor yang tidak dijual lokal dan akan
dipasarkan ke berbagai negara. PT. Ching
Luh Indonesia pun dirancang berdasarkan konsep ramah lingkungan, pabrik yang
efesien dan tenaga kerja yang terlatih untuk memproduksi sepatu olahraga yang
berkualitas tinggi untuk para pelanggan. PT. Ching Luh Indonesia pun akan terus
bekerja sama dengan masyarakat dan pemerintah dan ikut menyumbang untuk
pengembangan lingkungan sekitar.
3.2.
Visi dan Misi Perusahaan
3.2.1.
Visi Perusahaan
PT. Ching Luh Indonesia memiliki sebuah visi
dalam menjalankan bisnisnya, visi yang telah diterapkan oleh perusahaan adalah
:
Menjadi perusahaan yang menetapkan
konsep manajemen dengan menekankan kualitas, mencari peluang bisnis,
mengembangan pegawai, menjaga kelestarian lingkungan dan saling menguntungkan.
3.2.2.
Misi Perusahaan
PT. Ching Luh Indonesia memiliki
beberapa misi yang diterapkan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang
digunakan untuk mencapai visi-visi yang telah diterapkan oleh perusahaan,
dimana misi-misi tersebut adalah :
1.
Manajemen yang bijaksana
berdasarkan metode yang kreatif.
2.
Kontrol yang ketat untuk
memastikan ketetapan.
3.
Pengembangan yang berkesinambungan
dengan menekankan ramah lingkungan.
4.
Memperhatikan masyarakat sekitar
untuk maju bersama-sama.
5.
Tempat kerja yang aman dengan
memperhatikan kepentingan karyawan.
6.
Pengembangan tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan pimpinan dimasa depan.
7.
Pertanggung jawaban secara
pragmatis di dalam kewajiban sosial.
8.
Memaksimalkan nilai pemegang saham
dan membagikan keuntungan.
3.3.
Struktur Organisasi

Gambar 3.2 Struktur Organisasi
3.4.
Tugas dan Tanggung Jawab
Dalam setiap departemen di perusahaan memiliki
struktur organisasi kepegawaiannya, dimana setiap karyawannya memiliki
kedudukan, tugas dan tanggung jawab masing-masing terhadap kedudukan yang
dimiliki.
Berikut adalah penjabaran atas tugasdan
tanggung jawab yang dimiliki setiap karyawan PT. Ching Luh Indonesia terutama
pada departemen QIP dan Laboratory :
1.
QIP Division Head atau Manager : bertugas memimpin karyawan dan bertanggung
jawab atas seluruh aktifitas dan karyawan di bagian QIP Departement.
2.
Supervisor atau Asisten Manager : bertugas memonitoring dan mengarahkan
pekerjaan kepada karyawan, serta bertanggung jawab atas semua kinerja karyawan
di dalam departemen yang dipimpinnya kepada manager departemen, membantu
menangani masalah yang sudah tidak dapat ditangani oleh karyawannya.
3.
Asisten Supervisor atau pengawas : memiliki tugas membantu dan menggantikan
pekerjaan supervisor apabila sedang tidak berada ditempat, serta memonitoring
kinerja dari seluruh tim kerja yang
ada di dalam departemen yang dipimpin
dan bertanggung jawab atas hasil pekerjaan yang dikerjakan oleh timnya kepada
supervisor.
4.
Leader :
memiliki tugas untuk memimpin pekerjaan secara langsung kepada timnya
dilapangan dan bekerja sama serta membantu anggota timnya yang mengalami
kendala dalam pekerjaannyadann bertanggung jawab atas hasil kerja timnya kepada
asisten supervisor.
5.
Staff : memiliki tugas
mengerjakan pekerjaan yang telah diberikan sesuai dengan SOP dan arahan dari
leader tim kerjanya.
3.5.
Bidang Kerja
PT. Ching
Luh Indonesia adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi produk berupa
sepatu sport dan pada umumnya setiap perusahaan memiliki beberapa bagian atau
divisi dalam proses kerja didalam perusahaannya. Setiap divisi memiliki bidang
kerja dan menangani pekerjaan yang berbeda-beda , seperti bagian accounting yang menangani bidang kerja
antara lain finance dan purchasing, bagian warehouse menangani penyimpanan produk dan bahan baku material
serta menerima material yang baru datang, bagian produksi menangani bidang
kerja seperti sewing, assembling dan lain-lain.
Divisi
dimana penelitian ini diambil merupakan divisi QIP dan Laboratory,
divisi yang menangani tentang kualitas material bahan baku produk dan kualitas
produk yang dihasilkan dari produksi. Bagian QIP dan Laboratory
memiliki bidang kerja dan tugas seperti melaksanakan pengontrolan dan
pengecekan material, pengetesan kualitas material.
Hal yang
sangat diperhatikan dalam bidang kerja ini adalah spesifikasi dari pengukuran
dimensi, warna, quantity dan kualitas
dari bahan baku saat datang sebelum kemudian dikirim ke proses produksi. Karena
kualitas dari sebuah produk yang dihasilkan sangat berpengaruh untuk
perkembangan pasar dan kemajuan perusahaan maka bagian QIP dan Laboratory ini
menjadi salah satu divisi yang sangat penting bagi PT. Ching Luh Indonesia,
sehingga untuk memaksimalkan hasil kinerja di divisi ini tahap seleksi karyawan
pun diilakukan dengan sangat diperhatikan.
Setiap
karyawan di divisi ini memiliki tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang berbeda
sesuai dengan bidang kerja masing-masing, diantaranya adalah pengecekan
kualitas warna, pengecekan kualitas dimensi dan pengecekan kualitas kekuatan
material.
BAB
IV
ANALISA
DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisa
Siklus PDCA
Pada
penelitian usulan perbaikan kualitas, siklus PDCA ini merupakan hal yang sangat
diperlukan selain dengan alat seventools.
Siklus PDCA digunakan sebagai penentuan tahap-tahapan dalam proses melakukan penelitian.
Adapun tahapan proses analisa yang dilakukan berdasakan siklus PDCA adalah :
1. Planning
(Perencanaan) sebagai proses pencarian pokok masalah yang akan diteliti.
2. Do (Lakukan)
sebagai proses analisa produk cacat
dengan menggunakan alat bantu diagram
histogram dan pareto untuk mendapatkan hasil perhitungan jumlah produk yang
cacat.
3. Check
(Pengecekan) sebagai proses analisa untuk mencari penyebab produk mengalami
cacat. Proses analisa ini menggunakan bantuan alat cause and effect diagram.
4. Action
(Pelaksanaan) sebagai proses pemberian usulan dan pelaksanaan tindakan dari
usulan yang telah diberikan. Penentuan usulan yang diberikan berdasarkan metode
analisa 5W1H.
4.2
Analisa
Jumlah Cacat Pada Kedatangan
Setelah
semua informasi yang dibutuhkan untuk penelitian terkumpul melalui, data history perusahaan, brainstorming dan wawancara, maka dilakukan pengolahan data untuk
mengetahui besar jumlah cacat material yang terjadi pada setiap kedatangan.
Untuk
pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software microsoft excel 2007. Hasil
pengolahan data cacat material dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1
Jumlah Cacat Material
|
|||||||||
Tgl
|
Jumlah Kedatangan
|
Jumlah Sampel
|
Qty Ok
|
Ok %
|
Qty Cacat
|
Cacat %
|
Keterangan
|
Rata-rata Sampel
|
|
1
|
2028
|
602
|
517
|
85.880
|
85
|
14.120
|
Rejected Warna, Salah Serat, Salah Packing, Tidak Pasangan
|
29.68%
|
|
3
|
3022
|
726
|
656
|
90.358
|
70
|
9.642
|
24.02%
|
||
4
|
2042
|
406
|
371
|
91.379
|
35
|
8.621
|
19.88%
|
||
5
|
3017
|
938
|
608
|
64.819
|
330
|
35.181
|
31.09%
|
||
6
|
5132
|
1719
|
1423
|
82.781
|
296
|
17.219
|
33.50%
|
||
7
|
3029
|
1953
|
898
|
45.981
|
1055
|
54.019
|
64.48%
|
||
8
|
2007
|
807
|
532
|
65.923
|
275
|
34.077
|
40.21%
|
||
9
|
2986
|
734
|
592
|
80.654
|
142
|
19.346
|
24.58%
|
||
11
|
1306
|
85
|
65
|
76.471
|
20
|
23.529
|
6.51%
|
||
12
|
3195
|
987
|
889
|
90.071
|
98
|
9.929
|
30.89%
|
||
13
|
4472
|
1524
|
1215
|
79.724
|
309
|
20.276
|
34.08%
|
||
14
|
4630
|
1518
|
1346
|
88.669
|
172
|
11.331
|
32.79%
|
||
15
|
5027
|
1161
|
1039
|
89.492
|
122
|
10.508
|
23.10%
|
||
16
|
3003
|
1001
|
936
|
93.506
|
65
|
6.494
|
33.33%
|
||
18
|
3195
|
987
|
919
|
93.110
|
68
|
6.890
|
30.89%
|
||
19
|
2779
|
581
|
344
|
59.208
|
237
|
40.792
|
20.91%
|
||
20
|
3088
|
754
|
586
|
77.719
|
168
|
22.281
|
24.42%
|
||
21
|
3007
|
1166
|
1005
|
86.192
|
161
|
13.808
|
38.78%
|
||
22
|
3000
|
775
|
571
|
73.677
|
204
|
26.323
|
25.83%
|
||
23
|
3038
|
1154
|
1060
|
91.854
|
94
|
8.146
|
37.99%
|
||
25
|
3777
|
1166
|
1062
|
91.081
|
104
|
8.919
|
30.87%
|
||
26
|
3099
|
742
|
665
|
89.623
|
77
|
10.377
|
23.94%
|
||
Tgl
|
Jumlah Kedatangan
|
Jumlah Sampel
|
Qty Ok
|
Ok %
|
Qty Cacat
|
Cacat %
|
Keterangan
|
Rata-rata Sampel
|
|
27
|
3097
|
1202
|
1074
|
89.351
|
128
|
10.649
|
|
38.81%
|
|
28
|
2486
|
799
|
713
|
89.237
|
86
|
10.763
|
32.14%
|
||
29
|
3020
|
1072
|
980
|
91.418
|
92
|
8.582
|
35.50%
|
||
30
|
3071
|
1502
|
1386
|
92.277
|
116
|
7.723
|
48.91%
|
||
Total
|
81553
|
26061
|
21452
|
82.710
|
4609
|
17.290
|
|
31.43%
|
Sumber : Data Diolah Sendiri Dari Hasil
Pengecekan
Berdasarkan hasil
pengolahan data diatas didapat jumlah kerusakan material pada setiap kedatangan
berkisar antara 6% – 40% yang dapat dirata-ratakan jumlah cacat material yang
terdapat pada kedatangan selama 1 bulan sebesar 17,290% dengan rata-rata sampel
yang diambil setiap kedatangannya sebesar 31,43%.
4.3
Analisa
Pada Setiap Jenis Kecacatan Material
Setelah
didapat besar data material yang cacat
pada setiap kedatangan, kemudian pengolahan data dilanjutkan dengan
mencari jenis cacat yang paling sering terjadi. Berdasarkan data yang telah
didapat dari lapangan dan pengecekan yang telah dilakukan menggunakan diagram
histogram diperoleh bahwa frekuensi cacat paling besar terjadi pada cacat warna, kemudian diikuti dengan cacat salah
serat material, salah packing antara part
material dan label informasi material dan frekuensi cacat paling kecil terjadi
pada cacat tidak pasangan yang terjadi pada part
material yang ada. Dibawah ini merupakan gambar histogram dan tabel
penghitungan jumlah cacat pada setiap jenis saat kedatangan.
Tabel 4.2 Jumah Cacat Material
Disetiap Jenis
|
||||||
Tgl
|
Jumlah
Sampel
|
Jumlah
Cacat / Kedatangan
|
Qty Cacat
|
|||
Warna
|
Salah Serat
|
Salah
Packing
|
Tidak
Pasangan
|
|||
1
|
602
|
40
|
0
|
33
|
12
|
85
|
3
|
726
|
18
|
32
|
17
|
3
|
70
|
4
|
406
|
0
|
20
|
10
|
5
|
35
|
5
|
938
|
117
|
178
|
20
|
15
|
330
|
6
|
1719
|
208
|
35
|
8
|
45
|
296
|
7
|
1953
|
873
|
31
|
151
|
0
|
1055
|
8
|
807
|
0
|
104
|
125
|
46
|
275
|
9
|
734
|
0
|
142
|
0
|
0
|
142
|
11
|
85
|
0
|
3
|
0
|
17
|
20
|
12
|
987
|
10
|
68
|
20
|
0
|
98
|
13
|
1524
|
57
|
212
|
5
|
35
|
309
|
14
|
1518
|
0
|
102
|
10
|
60
|
172
|
15
|
1161
|
32
|
21
|
42
|
27
|
122
|
16
|
1001
|
10
|
0
|
0
|
55
|
65
|
18
|
987
|
18
|
10
|
0
|
40
|
68
|
19
|
581
|
65
|
0
|
27
|
145
|
237
|
20
|
754
|
28
|
140
|
0
|
0
|
168
|
21
|
1166
|
24
|
9
|
64
|
64
|
161
|
22
|
775
|
0
|
204
|
0
|
0
|
204
|
23
|
1154
|
32
|
5
|
57
|
0
|
94
|
25
|
1166
|
20
|
0
|
60
|
24
|
104
|
26
|
742
|
77
|
0
|
0
|
0
|
77
|
27
|
1202
|
80
|
25
|
0
|
23
|
128
|
28
|
799
|
0
|
0
|
52
|
34
|
86
|
29
|
1072
|
17
|
4
|
40
|
31
|
92
|
30
|
1502
|
18
|
7
|
17
|
74
|
116
|
Total
|
26061
|
1744
|
1352
|
758
|
755
|
4609
|
Sumber : Data Diolah
Sendiri Dari Hasil Pengelompokan Jenis Cacat
Gambar
4.1 Histogram Cacat Material Aksesories Sepatu Selama 1 Bulan
Gambar
4.2 Histogram Cacat Warna
Gambar
4.3 Histogram Cacat Salah Serat
Gambar
4.4 Histogram Cacat Salah Packing
Gambar
4.5 Histogram Cacat Tidak Pasangan
4.4
Analisis
Persentase Cacat Material
Berdasarkan
hasil dari perhitungan cacat material dari setiap jenis kecacatan maka dapat
dibuat diagram pareto untuk melihat jumlah persentase kecacatan material pada
setiap jenis cacatnya. Persentase cacat material dapat dilihat dibawah ini,
yaitu :
1. Cacat
warna =
x
100% = 37,839 %
2. Salah
serat material =
x
100%
= 29,334 %
3. Salah
packing =
x
100%
= 16,446 %
4. Tidak
pasangan =
x
100
% = 16,381 %
Persentase
jumlah cacat material pada setiap jenis cacat dapat dilihat pada tabel 4.3
sebagai berikut ini :
Tabel
4.3 Data Persentase Setiap Jenis Cacat
|
|||||
No
|
Jenis Cacat
|
Jumlah
Cacat
|
% Cacat
|
% Kumulatif
|
|
1
|
Warna
|
1744
|
37.839
|
37.839
|
|
2
|
Salah Serat
|
1352
|
29.334
|
67.173
|
|
3
|
Salah Packing
|
758
|
16.446
|
83.619
|
|
4
|
Tidak
Pasangan
|
755
|
16.381
|
100
|
|
Total
|
|
4609
|
|
|
Sumber
: Data Diolah Sendiri Hasil Pengelompokan Jenis Cacat
Diagram
pareto dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut :
Gambar
4.6 Diagram Pareto Persentase Cacat Material Sepatu
Dari
hasil pengecekan diagram pareto jenis cacat paling besar terjadi pada jenis
cacat yang disebabkan oleh cacat warna, sedangkan jenis cacat yang paling kecil
terjadi dikarenakan cacat tidak pasangan terhadap material. Dimana jumlah
persentase cacat yang dihasilkan sebesar 37,839 %, kemudian diikuti dengan
cacat salah serat sebesar 29,334 %, cacat salah packing sebesar 16,446 % dan jumlah persentase cacat tidak pasangan
sebesar 16,381 %.
4.5
Analisis
Penyebab Cacat
Dari
hasil pengolahan data cacat material yang didapat, maka untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi sebaiknya mengetahui akar atau penyebab dari permasalahan
yang dialami oleh perusahaan penyuplai material. Untuk mencari akar
permasalahan analisis dilakukan dengan menggunakan cause and effect diagram. Demikian analisa berdasarkan cause and effect diagram sebagai berikut:
Gambar 4.8 Fishbone Diagram / Cause And Effect Diagram
Material Cacat Salah Serat
Gambar 4.9 Fishbone Diagram / Cause And Effect Diagram
Material Cacat Salah Packing.
Gambar 4.10 Fishbone Diagram / Cause And Effect Diagram
Material Cacat Salah Pasangan
Berdasarkan
diagram - diagram diatas dapat diketahui penyebab-penyebab yang mengakibatkan
cacat pada setiap jenis cacat material yang terjadi adalah :
1. Faktor
Manusia, meliputi :
a) Terlalu
banyak material yang harus dikerjakan / dicek.
b) Terlalu
banyak material yang dikemas tidak disertai pengecekan 100%.
c) Pekerjaan
melebihi daya kemampuan karyawan dan kurangnya tenaga ahli yang ada.
2. Faktor
Mesin, meliputi :
a) Mesin
yang digunakan hanya memiliki fungsi yang terbatas.
b) Mesin
tidak memiliki sensor khusus untuk menentukan standar atau kesalahan dalam
proses.
3. Faktor
Bahan Baku, meliputi :
a) Banyaknya
warna bahan baku yang hampir sama bila dilihat secara visual tanpa menggunakan
alat namun berbeda kode material.
b) Warna
dan ukuran bahan baku tidak dicek
menggunakan standar yang tepat pada saat datang.
4. Faktor
Lingkungan, meliputi :
a) Pencahayaan
yang kurang baik diarea pengecekan dan produksi.
b) Penataan
ruang penyimpanan yang kurang rapi.
5. Faktor
Metode, meliputi :
a) Proses
kerja tidak mengikuti SOP yang sudah ditetapkan.
b) Proses
pengiriman material yang tidak sesuai dengan PO pesanan.
4.6
Usulan
Perbaikan Berdasarkan Metode 5W1H
Pada
penelitian proses analisis dengan menggunakan metode 5W1H ini bertujuan untuk
memberikan usulan tindakan yang dapat dilakukan perusahaan, khususnya yang
terjadi karena human factor agar dapat meningkatkan kualitas
material yang datang. Usulan yang diberikan dapat dilihat dalam tabel 4.4 ,
sebagai berikut :
Tabel 4.4 Metode
5W1H Untuk Memberikan Usulan Perbaikan Terhadap Masalah Cacat Warna
Masalah
|
5W1H
|
Deskripsi
Tindakan / Usulan
|
Cacat Warna
|
What (Apa?)
|
Material sering mengalami cacat yang
terjadi pada tidak sesuainya warna material dengan warna pada standar kualitas
|
Why (Mengapa?)
|
Terdapatnya banyak warna yang hampir
serupa dan kontras warna pada material yang tidak stabil, serta kurang
baiknya pencahayaan diruangan
|
|
Who (Siapa?)
|
Seluruh QC PT. CLI dan perusahaan
supplier
|
|
Where (Dimana?)
|
Di PT. CLI dan perusahaan supplier
|
|
When (Kapan?)
|
Waktu pelaksanaan usulan perbaikan
adalah bulan mei - juni 2016
|
|
How (Bagaimana?)
|
Dengan menambah jumlah karyawan untuk
melakukan pengecekan 100% terhadap material yang mengalami masalah dan
memberikan training kepada karyawan serta menambahkan beberapa lampu atau
sarana pencahayaan diruangan
|
Sumber : Hasil Analisa Dan Pengamatan Dari
Faktor Manusia
Tabel 4.5 Metode 5W1H Untuk Memberikan
Usulan Perbaikan Terhadap Masalah Cacat Salah Serat
|
||||
Masalah
|
5W1H
|
Deskripsi
Tindakan / Usulan
|
||
Cacat Salah
Serat
|
What (Apa?)
|
Material cacat akibat rajutan serat
benang terbalik
|
||
Why (Mengapa?)
|
Tidak ada pengecekan kembali setelah
proses pemotongan material saat proses produksi
|
|||
Who (Siapa?)
|
Seluruh karyawan QC dan operator
produksi
|
|||
Where (Dimana?)
|
Di ruang proses produksi suplier dan
area pengecekan material kedatangan PT. CLI
|
|||
When (Kapan?)
|
Waktu pelaksanaan usulan perbaikan
adalah bulan mei - juni 2016
|
|||
How (Bagaimana?)
|
Menambah jumlah karyawan untuk melakukan
double checking di perusahaan suplier dan gudang kedatangan material PT.
CLI
|
|||
Sumber
: Hasil Analisa Dan Pengamatan Dari Faktor Manusia dan
Lingkungan
Tabel 4.6 Metode 5W1H Untuk Memberikan
Usulan Perbaikan Terhadap Masalah Salah Packing
|
||||
Masalah
|
5W1H
|
Deskripsi
Tindakan / Usulan
|
||
Salah Packing
|
What (Apa?)
|
Terdapat banyak material yang isinya
tidak sesuai dengan karton box kemasan dalam setiap PO sehingga tidak dapat
digunakan
|
||
Why (Mengapa?)
|
Karyawan pihak suplier bekerja secara
terburu-buru dan tidak adanya proses pengecekan dari QC setelah material
dikemas
|
|||
Who (Siapa?)
|
Pimpinan dan karyawan bagian delivery
dan QC
|
|||
Where (Dimana?)
|
Diarea produksi suplier
|
|||
When (Kapan?)
|
Waktu pelaksanaan usulan perbaikan
adalah bulan mei - juni 2016
|
|||
How (Bagaimana?)
|
Menugaskan beberapa QC untuk melakukan pengecekan sebelum material dikirim ke PT.
CLI
|
|||
Sumber : Hasil Analisa Dan
Pengamatan Dari Faktor Manusia
Tabel 4.7 Metode 5W1H Untuk Memberikan
Usulan Perbaikan Terhadap Masalah Material Tidak Pasangan
|
||||
Masalah
|
5W1H
|
Deskripsi
Tindakan / Usulan
|
||
Material Tidak Pasangan
|
What (Apa?)
|
Dalam satu kemasan karton box banyak
material yang tidak sesuai antara kiri dan kanan
|
||
Why (Mengapa?)
|
Tidak ada proses pengecekan isi karton
box pada saat bagian produksi selesai memisahkan dan mengemas material hasil
produksi
|
|||
Who (Siapa?)
|
Seluruh karyawan QIP PT. CLI yang
menangani dan berhubungan dengan material tersebut
|
|||
Where (Dimana?)
|
Gudang material PT. CLI dan area
produksi perusahaan suplier
|
|||
When (Kapan?)
|
Waktu pelaksanaan usulan perbaikan
adalah bulan mei - juni 2016
|
|||
How (Bagaimana?)
|
Menambahkan jumlah karyawan untuk
mengecek material tersebut saat kedatangan dan mengirim beberapa karyawan ke
perusahaan suplier untuk melakukan pengecekan disana
|
|||
Sumber : Hasil Analisa Dan
Pengamatan Dari Faktor Manusia
|
||||
BAB V
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Berdasarkan
penelitian usulan perbaikan kualitas material aksesoris sepatu menggunakan
metode kaizen dan siklus pdca di PT. Ching Luh Indonesia, maka kesimpulan yang
diperoleh adalah :
1. Dari
hasil penelitian jenis - jenis cacat yang terjadi pada material aksesories
sepatu adalah salah warna material, salah serat benang pada material, salah
pengemasan / packing dan salah ukuran
pada setiap pasangan material / tidak pasangan.
2. Dari
hasil analisa pengolahan data menggunakan diagram histogram didapatkan bahwa
jenis cacat material yang paling sering didapat adalah cacat warna yaitu
sebanyak 1744 pasang berdasarkan pengecekan sampel secara acak (random sampling checking) dari jumlah
total kedatangan di bulan april. Hasil analisa menggunakan diagram pareto
didapat jumlah persentase paling besar cacat terjadi pada jenis cacat warna
sebesar 37,839 % dari jumlah total persentase jenis - jenis cacat lainnya.
3. Berdasarkan
analisa menggunakan cause and effect
diagram yang diimbangi dengan proses wawancara terhadap karyawan yang
bersangkutan diperoleh kesimpulan bahwa penyebab terbesar cacat sering terjadi
dikarenakan faktor manusia dan bahan baku yang digunakan oleh perusahaan
suplier. Oleh sebab itu dapat diambil tindakan – tindakan tertentu untuk
melakukan perbaikan, tindakan tersebut dimasukan sebagai saran bagi perusahaan.
5.2
Saran
Adapun
saran yang diberikan penulis untuk perusahaan guna memperbaiki kualitas
material aksesories sepatu pada saat kedatangan adalah sebagai berikut :
1. Dalam
pengecekan material kedatangan sebaiknya material baru dicek 100% setiap
kedatangan dan material yang sudah sering datang dilakukan pengecekan 100%
secara berkala dalam kurun waktu tertentu pada saat kedatangan.
2. Menyediakan
sarana seperti pencahayaan yang cukup terang pada area pengecekan sehingga
perbedaan warna dapat terlihat dengan jelas.
3. Menambah
jumlah karyawan untuk melakukan pengecekan terhadap material yang sedang
bermasalah dan mengirim beberapa karyawan untukmelaksanakan dinas luar / datang
ke perusahaan suplier (lokal) material yang sedang bermasalah dan melakukan
pengecekan di proses produksi serta sebelum pengiriman.
DAFTAR
PUSTAKA
Ferdiansyah, Herdiyan, 2007, Usulan Perbaikan
Kualitas Produk Penyangga Duduk Jok Sepeda Motor Dengan Pendekatan Metode
Kaizen (5W+1H) di PT. Eka Prasarana, Jurnal
Manajemen Universitas Gunadarma, Vol. 2 No. 1, Juli, Depok. pp. 1 - 21
Imai, M , 1999, Gemba
Kaizen (Pendekatan Akal Sehat, Berbiaya Rendah Pada Manajemen), Jakarta,
PPM
Kato, I & Smalley, A, 2012, Toyota Kaizen Methods : 6 Langkah Perbaikan, Jakarta, Gradien
Mediatama
Lubis, R.P & Anizar, 2013, Usulan Perbaikan
Kualitas Produk CPO Dengan Menggunakan Konsep Kaizen di PT. XYZ, e-Jurnal Teknik Industri Fakultas Teknik USU,
Vol. 2 No. 1, Mei, Medan, pp. 25 – 29
Nasution, S.R & M, Dinda.R, 2011, Perbaikan
Kualitas Dengan Metode PDCA untuk mengurangi cacat Frame Assembly Actuator Pada Proses Frame Assembly di PT.SJCI, Pusat
Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Vol. 24
No. 2, 2 Juni, Jakarta. pp. 70 – 74
Paramita, P.D, 2012, Penerapan Kaizen Dalam
Perusahaan, Majalah Ilmiah Universitas
Pandanaran, Vol. 10 No. 23, Juni, Semarang. pp. 1 - 4
Parwati, C.I & Sakti, R.M, 2012, Pengendalian
Kualitas Produk Cacat Dengan Pendekatan Kaizen Dan Analisis Masalah Dengan Seventools, Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi, Periode III, Yogyakarta, 3 November. pp. A17 –
A23
Siahaan, E.I, 2011, Perencanaan Perbaikan Kualitas
Dengan Menerapkan Pendekatan Metode Kaizen Pada Proses Raw Mill Produk Ordinary
Portland Cement di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk, Skripsi, Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma, Depok. pp. 1 – 13
Sundana, S & Hartono, 2014, Penerapan Konsep
Kaizen Dalam Upaya Menurunkan Cacat Apperance
Unit Xenia – Avanza Proses Painting
di PT. Astra Daihatsu Motor, Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Universitas Muhammadiyah Jakarta, 12 November,
Jakarta. pp. 1 – 10
Resanart – Kaizen dan Continous PDCA Cycle – Minggu,
6 Maret 2016 - http://resanart.blogspot.co.id/2016/02/kaizen-dan-continuous-pdca-cycle.html
Wellington, P, 1998, Kaizen Strategies For Customer Care (Kepedulian Pada Pelanggan),
Jakarta, Interaksara
Wikipedia – Indonesia – Kaizen – Minggu, 28 Febuari
2016 - http://id.wikipedia.org/wiki/Kaizen
Wordpress – Kaizen Indonesia – Diskusi Kaizen ala
Indonesia – Minggu, 28 Febuari 2016 - http://indokaizen.wordpress.com/2008/01/20/kaizen-usaha-tiada-henti-agar-lebih-baik/
Wordpress – Kaizen Ciri Khusus Manufaktur Jepang –
Minggu, 28 Febuari 2016 - http://doublehasanah.wordpress.com/2008/01/02/kaizen-ciri-khusus-manufaktur-jepang/
Playtech casino in Las Vegas, Nevada - Dr.CD
BalasHapusExperience 양주 출장안마 the 광주 출장샵 thrill of live casino gaming 진주 출장마사지 with a trip to Vegas, Nevada, where top-notch casino action is at 청주 출장안마 heart. Enjoy the 충주 출장안마 excitement of a